Senin, 22 Oktober 2012

masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke nusantara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Secara geografis, Indonesia terletak di jalur lalu lintas dunia yaitu berada di dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia) yang menempatkan peran strategis Indonesia di mata internasional. Di sepanjang sejarahnya wilayah kepulauan nusantara menjadi pusat perhatian bangsa-bangsa dari belahan bumi lain. Berdasarkan letak geografis Indonesia tersebut, menempatkan Indonesia di titik persilangan salah satu jalur lalu lintas utama dunia yang menghubungkan anak benua India dan sekitarnya dengan Cina, Eropa, serta Timur Jauh, dunia lama sampai dengan berbagai bagian penting dari dunia baru. Posisi Indonesia ini ibarat jembatan penting yang menghantarkan hubungan bangsa-bangsa di belahan bumi Asia dan Australia (Abdullah, 1977:289). Hubungan ini terjalin sepanjang sejarah, baik dalam waktu sebelum maupun sesudah tarikh masehi. Kekayaan sumber daya alam Indonesia serta keramahtamahan penduduknya mengundang pendatang dari berbagai bangsa dan kalangan pedagang, misi keagamaan, kaum cendikiawan, dan lain sebagainya.
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Setelah ditemukannya angin Muson oleh Hippalus, seorang pelaut Yunani padaAwal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat yaitu jalur sutera tetapi beralih ke jalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut. Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia. Masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia, menyebabkan pengaruh yang menentukan jalannya sejarah Indonesia, yaitu mulai masuknya bangsa Indonesia pada masa sejarah, dengan diketemukannya bukti prasasti tertulis pertama di Kutai pada abad IV Masehi.
India dikenal sebagai tempat asal serta pusat agama Hindu dan Budha. Agama ini kemudian masuk ke Indonesia melalui berbagai jalan, hingga diterima sebagai agama baru. Adanya interaksi dalam penerimaan pengaruh agama baru ini meyebabkan terjadinya proses sosialisasi, akulturasi, maupun enkulturasi sehingga mempengaruhi berbagai bidamg kehidupan Indonesia (Arif,Mangunsudarmo,2008:2). Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai mulai masuknya Indonesia pada zaman sejarah yang diawali dengan pembahasan secara singkat mengenai garis-garis besar masa pra aksara di Indonesia, serta situasi social-budaya masa akhir zaman pra aksara di Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan hubungan Indonesia dengan India dan Cina, pembahasan mengenai proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesai, terkait dengan teori-teori atau hipotesis terhadap hal ini. Serta, dampak atau pengaruh masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu sebagai berikut:
1.2.1        Bagaimanakah hubungan Indonesia dengan India ?
1.2.2        Bagaimanakah sejarah lahirnya agama Hindu dan Budha di India?
1.2.3        Apa saja dan bagaimanakah teori/hipotesis yang menjelaskan mengenai masuknya pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia?
1.2.4        Bagaimanakah dampak/pengaruh masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha terhadap kehidupan masyarakat Indonesia?

1.3 Tujuan Khusus
Secara khusus, makalah ini akan memberikan wawasan kepada pembaca khusunya mahasiswa tentang:
1.3.1        Hubungan Indonesia dengan India dan Cina.
1.3.2        Sejarah singkat lahirnya agama Hindu dan Budha di India.
1.3.3        Teori-teori/hipotesis masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia beserta keunggulan maupun kelemahan teori/hipotesis tersebut ditinjau dari berbagai aspek.
1.3.4        Dampak/ pengaruh masuknya kebudayaan Hindu-Budha dalam berbagai segi kehidupan masyarakat Indonesia



























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Hubungan Indonesia dengan India.
Kontak antara masyarakat Nusantara dengan masyarakat India sebenarnya telah diperkirakan ada  sejak  lama,  sebelum  dikenalnya  tulisan  di  Indonesia.  Sejak zaman pra aksara, penduduk Indonesia adalah pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Lautan di sekitar dan di pulau-pulau Indonesia tidak pernah menjadi penghalang, bahkan menjadi faktor pemersatu. Pada awal sejarah kuna Indonesia, kita melihat tumbuhnya pusat-pusat perdagangan di beberapa tempat di pesisir pulau Sumatera dan Jawa. Berdasarkan penelitian pra aksara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kita dapat mengetahui adanya peninggalan benda-benda pada masa pra aksara yang mengandung cirri-ciri yang menunjukkan adanya hubungan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Keterangan tersebut menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan bagian dari satu kesatuan daerah lalu lintas barang. J. C. Van Leur dan O.W Wolters berpendapat bahwa hubungan dagang antara India dan Indonesia lebih dahulu berkembang daripada hubungan antara Indonesia dengan Cina (Leur,1955: 90;Wolter, 1967:31). Anggapan tersebut di atas tidak disertai angka-angka tahun yang pasti, kapan hubungan itu dimulai. Hal tersebut disebabkan karena sumber-sumber yang memberikan keterangan jelas tidak ada. Bahan-bahan keterangan yang didapat hanya berupa buku-buku sastra. Beberapa buku sastra India dan buku-buku lainnya mengungkapkan keterangan yang samar-samar tentang negeri ini. Bahan-bahan tersebut berasal dari sekitar abad ke-2 Masehi, yang antara lain sebagai berikut:
a.       Kitab Jataka
Kitab ini ditulis oleh penulis India dan berisi ceritera yang menggambarkan tentang kehidupan sang Budha. Di dalamnya disebutkan nama-nama negeri antara lain sebuah negeri bernama Suvannabhumi. Dalam bahasa Indonesia nama tersebut berarti negeri emas. Dari nama itu ada pula yang menafsirkan letaknya di sebelah timur teluk Benggala. Lalu kita dapat mengira, apakah nama Suvannabhumi itu identik dengan nama Suwarnabhumi. Hal itu tidak jelas, sedangkan orang sering beranggapan, bahwa Suwarnabhumi sama dengan pulau Sumatera.
b.      Kitab Ramayana
Kitab ini ditulis oleh pujangga India, bernama Walmiki. Isinya menceritakan tcntang kisah Rama dan Dewi Shinta. Di dalamnya menyebut­kan dua nama tempat, yaitu Jawadwipa dan Suwarnadwipa. Jawadwipa berarti pulau Jawa, sedangkan Suwarnadwipa berarti pulau Sumatera.
c.       Buku Perinlous tes Erythras Thalasses
Buku ini berasal dari penulis Yunani. Isinya pedoman tentang geografis pe1ayaran di daerah Samudera Hindia. Di antaranya disebutkan salah satu tempat bernama Chryse. Nama itu berarti emas, yang sering dihubungkan oleh para penulis sekarang dengan nama Suwarnabhumi atau Suwarnadwipa.
d.      Buku Geograophike Hypegesis
Penulis buku ini juga seorang bangsa Yunani di Iskandariah bernama Claudius Ptolomeus. Isi buku tersebut sebuah petunjuk tentang membuat peta. Di dalamnya ditemukan nama-nama tempat seperti: Argryre Chora (= negeri perak), Chryse Chora (= negeri emas) dan Chryse Chersonesos (= semenanjung emas). Selain tempat-tempat tersebut ditemukan pula dalam buku itu nama labadiou (= pulau jelai). Para ahli sejarah sering menghubungkan nama labadiou dengan Jawadwipa, yakni pulau Jawa.
Dari keterangan tersebut di atas, baik dari para penulis India maupun dari para penulis lainnya, nama-nama tempat di kawasan bumi belahan ini, ada yang pasti dan ada pula yang samar-samar, kenyataannya telah terdaftar sebagai catatan geografis. Keterangan itu sudah barang tentu mereka dapatkan dari para pedagang yang mengadakan pelayaran dan mereka telah berlayar mengarungi belahan bumi ini. Menurut sejarahwan Belanda, J.C. Van Leur, barang-barang yang diperdagangkan dalam pasaran internasional di Asia Tenggara pada waktu itu ialah barang-barang bernilai. tinggi, seperti: logam mulia (emas dan perak), perhiasan, barang tenunan, barang pecah belah dan berbagai barang kerajinan, wangi-wangian serta obat-obatan (Aditio.2010).

2.2  Sejarah Singkat Lahirnya Agama Hindu dan Budha di India
2.2.1. Sejarah  kelahiran Agama Hindu.

Kata Hindu berasal dari kata Hind atau Sind yang artinya orang yang mendiami wilayah di lembah sungai Indus. Pemberian ini diberikan oleh bangsa Persia terhadap masyarakat yang tinggal disebelah timur wilayah mereka. Lahirnya agama Hindu merupakan perjalanan yang sangat panjang yang diawali dengan terjadinya persaingan antar bangsa di india untuk menguasai wilayah Punjab yang subur tersebut. Persaingan yang paling utama adalah antara bangsa Dravida dan bangsa Arya. Selain itu persaingan juga terjadi dengan bangsa-bangsa yang tinggal di wilayah India seperti bangsa Mongoloid, Wedoid, Negroid. Diantara ras-ras tersebut maka ras Dravida dan Arya yang paling banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan pemikiran-pemikiran dalam agama Hindu (Suyasa,1995:8).
Kontribusi bangsa Arya bagi agama Hindu sangat besar, karena Weda merupakan dasar system kepercayaan atau agama bangsa Arya yang kemudian menjadi kitab suci bagi agama Hindu yang dianut sebagian besar rakyat India (Suyasa,1995:8). Setelah terjadinya kontak antar bangsa di India yang memiliki system kepercayaan yang berbeda-beda ini,  menyebabkan adanya suatu asimilasi yang melahirkan Hinduisme tersebut. Dengan latar belakang tersebut Hindu sangat terbuka terhadap berbagai system kepercayaan masyarakat yang mendapat pengaruh Hindu.  Keluesan ini memnyebabkan adanya berbagai sekte-sekte dalam agama Hindu, sehingga ajaran inti dari agama ini bagaikan bola salju yang semakin besar dan semakin jauh dari intinya yang semula.
Secara garis besar sejarah perkembangan agama Hindu dibagi menjadi beberapa periode yang dapat dibagi sebagai berikut:
a.       Zaman lembah Indus  (2000-1500 SM)
b.      Zaman Weda (1500-1000SM)
c.       Zaman Brahman (1000-750SM)
d.      Zaman Upanisad (750-500SM)
e.       Zaman agama Budham(500-300SM)
f.       Zaman Agama Hindu (300SM-Sekarang) (Suyasa,1995:10)

2.2.2. Sejarah Kelahiran Agama Budha.
Budha adalah gelar yang berarti ia telah mendapat penerangan agung atau yang mendapat bodhi (Suyasa,1995:81). Agama Budha diajarkan oleh Sidharta Gautama, beliau lahir di kota Kapilavastu dekat Nepal. Beliau lahir dari pasangan raja Suddhodana dari suku Sakya dan Putri Maya dari Dewadata. Dalam perjalanan hidup Sidharta dia selalu mendapat kebahagiaan duniawi dan ketika keluar istana dia melihat hidup secara menderita. Melihat hal tersebut beliau sedih dan kabur dari istana untuk mencari jawaban atas hal tersebut, beliau pergi ke pohon Bodhi di Bodh Gaya yang akhirnya beliau mendapat suatu penerangan. Peristiwa ini terjadi pada 531 SM yang berujung pada 8 ajaran inti Agama Budha yaitu:
1.      Berniat baik.
2.      Berpikir baik.
3.      Berkata-kata yang baik.
4.      Makan-minum yang baik.
5.      Jangan berlebih-lebihan.
6.      Memperhatikan hal-hal yang baik.
7.      Berusaha yang baik.
8.      Bersemedi yang baik.
Kitab suci agama Budha disebut Tripitaka yang artinya 3 keranjang. Agama Budha mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Raja Ashoka Verdhana dari kerajaan Maurya. Budha disebarluaskan keluar india seperti Cina, Asia Tenggara dan keseluruh wilayah jangkauan dagang india pada jaman itu. Penyebaran Budha dilakukan oleh para Bhiksu memanfaatkan para pedagang-pedagang India.
2.3  Teori-teori/ Hipotesis Masuknya Agama Dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
India adalah salah satu bagian dari benua di Asia yang telah memiliki peradaban yang tinggi. Terbukti dengan adanya pusat peradaban tertua yaitu Mohejodarro-Harappa serta lahir dan berkembangnya agama Hindu dan agama Budha seperti yang sudah dijelaskan dalam sejarah lahirnya agama Hindu dan Budha pada penjelasan sebelumnya. Pada permulaan perhitungan tarikh Masehi datanglah dari arah India gelombang-gelombang pertama orang India ke Indonesia. Peristiwa ini disusul dengan kejadian-kejadian serupa yang menimbulkan kontak social dan hubungan kebudayaan dalam arti luas antara pendatang dari India dengan bangsa Indonesia. Hubungan kebudayaan dan hubungan politik antara India dengan Indonesia dinamakan pengaruh Hindu di Indonesia atau Indianisasi. Ditinjau dari sudut kronologi ada dua macam pengaruh  India di Indonesia, yaitu:
a.       Pengaruh Hindu Aktif
Pengaruh Hindu aktif adalah suatu periode tertentu dalam sejarah Indonesia kuno dimana pengaruh Hindu secara langsung dan aktif ikut membantu perkembangan kebudayaan di Indonesia. Periode itu dimulai dari abad ke-1 sampai akhir kerajaan Majapahit abad ke-16.
b.      Pengaruh Hindu Pasif
Dalam periode ini, pengaruh Hindu tidak secara langsung mempengaruhi kebudayaan Indonesia, karena kerajaan-kerajaan di Indonesia yang kena pengaruh Hindu telah lenyap, tetapi unsur-unsur kebudayaan Hindu masih terdapat di tengah-tengah masyarakat dan masih berpengaruh sebagai salah satu unsure budaya. Salah satu contoh di Indnesia adalah pulau bali. Periode ini berlangsung dari abad ke-16 sampai sekarang ini (Asmito,1992:60).
Ada beberapa hipotesis/teori terkait dengan bagaimanakah proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Hipotesis ini dibgai menjadi 2 kelompok besar, yaitu dari sudut pandang Indonesia bersikap pasif dan Indonesia bersikap aktif. Penjelasan dari masing-masing hipotesis adalah sebagai berikut.

2.3.1. Indonesia Bersikap Pasif (Teori Kolonialisasi)
Teori dalam sudut padanng bangsa Indonesia bersikap pasif, berarti pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Budha diterima langsung oleh bangsa asing ke Indonesia. Adapun hipotesis dalam sudut pandang pasif (kolonialisasi) dapat diuraikan sebagai berikut.

a)      Teori Brahmana dikemukakan oleh J.C. Van Leur.

Van Leur berpendapat bahwa kaum pendetalah yang menjadi penyebar agama Hindu di Indonesia. Penyebaran agama Hindu dilakukan oleh kaum Brahmana karena kaum brahmana yang menguasai ajaran keagamaan, teori ini memang paling mudah diterima.  Meskipun teori ini mudah diterima tetapi faktor pendukung dan kelemehan-kelemahan dari teori ini yaitu:

Faktor pendukung teori tersebut:

1.      Agama Hindu adalah milik kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling tahu dan paham mengenai ajaran agama Hindu. Urusan keagamaan merupakan monopoli kaum Brahmana bahkan kekuasaan terbesar dipegang oleh kaum Brahmana sehingga hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu menyiarkan agama Hindu.

2.      Prasasti Indonesia yang pertama menggunakan bahasa Sansekerta, sedangkan di India sendiri bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Bahasa Sansekerta adalah bahasa kelas tinggi sehingga tidak semua orang dapat membaca dan menulis bahasa Sansekerta. Di India hanya kasta Brahmana yang menguasai bahasa Sansekerta sehingga hanya kaum Brahmana-lah yang dapat dan boleh membaca kitab suci Weda.

3.      Karena kepala suku yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui dan kuat seperti raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan kaum Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan dan mengesahkan kedudukan kepala suku di Indonesia menjadi raja. Dan mulailah dikenal istilah kerajaan. Karena upacara penobatan tersebut secara Hindu maka secara otomatis rajanya juga dinyatakan beragama Hindu, jika raja beragama Hindu maka rakyatnya pun akan ikut beragama Hindu sehingga agama Hindu menjadi agama Negara.

4.         Ketika menobatkan raja, kaum Brahmana pasti membawa kitab Weda ke Indonesia. Sebelum kembali ke India tidak jarang para Brahmana tersebut akan meniggalkan Kitab Weda-nya sebagai hadiah bagi sang raja. Kitab tersebut selanjutnya akan dipelajari oleh sang raja dan digunakan untuk menyebarkan agama Hindu di Indonesia.

5.         Karena raja telah mengenal Brahmana maka secara khusus raja juga meminta Brahmana untuk mengajar di lingkungan istananya. Dari hal inilah maka agama dan budaya India dapat berkembang di Indonesia.

6.         Sejak itu mulailah secara khusus para kepala suku yang lain yang tertarik terhadap budaya dan ajaran Hindu, sehingga mereka mengundang kaum Brahmana untuk datang dan mengajarkan agama dan budaya India kepada masyarakat Indonesia.

7.         Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapat koloni India di Malaysia dan pantai Timur Sumatera (populer dengan nama Kampung Keling) yang banyak ditempati oleh orang Keling dari India Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama seperti perkawinan dan kematian.                                                                                                                                        

Kelemahan dari teori ini diantaranya:                                                                                                                             

1.         Mempelajari bahasa Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda untuk mengetahui isinya bahkan menyebarkan pada yang lain. Sehingga pasti memerlukan bimbingan kaum Brahmana.

2.         Menurut ajaran Hindu kuno seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya. Sehingga mendatangkan para Brahmana ke Indonesia bukan merupakan hal yang wajar.

b)     Teori Ksatria dikemukakan oleh FDK Bosch dan NJ.Krom.

Menurut teori Ksatri yang dikemukakan oleh FDK Bosch dan Krom beranggapan bahwa pada waktu itu terjadi perang besar di India, kaum ksatria yang kalah di India kemudian banyak yang melarikan diri ke luar India, salah satunya ada yang sampai di kepulauan Indonesia dan mendirikan kerajaan Hindu-Budha. Dari ibukota kerajaan-kerajaan baru ini pengaruh Hindu-Budha disebarkan ke masyarakat. Argumentasi ini dilandasi oleh pemikiran, nama raja-raja Nusantara memakai nama India. Misalnya Mulawarman, Purnawarman, Adityawarman dan sebagainya. Melihat nama ini pastilah ia orang (ksatriya) India dari Kalingga. Demikian misalnya, nama Kerajaan Holing dalam berita Cina disamakan dengan Keling dalam bahasa Indonesia. Nama Keling ini dikaitkan dengan pelarian bangsa Kalingga ke luar India dan berhasil mendirikan kerajaan baru yang disebut  Keling singkatan dari Kalingga. Kenyataan sampai sekarang daerah Indonesia bagian barat masih dikenal keberadaan kampung Keling, tetapi tidak sama dengan kerajaan Holing yang ditranslit Keling singkatan dari Kalingga. Sebab Holing yang dimaksud dalam berita Cina tidak lain adalah kerajaan Mataram di Jawa Tengah dibawah Dinasti Saelendra. Teori ini mendapat tantangan keras dari para ahli Indonesia, karena teori ini sangat merendahkan martabat Bangsa Indonesia, yang seolah-olah bangsa Indonesia sangat bodoh, tidak bisa memerintah sendiri, karena rajanya didatangkan dari India.

Faktor yang memperkuat teori ini:

1.        Raja dan bagsawan serta ksatria dari India yang kalah perang meninggalkan daerahnya menuju ke daerah lain termasuk Indonesia. Mereka berusaha menaklukkan daerah baru dan membentuk pemerintahan baru seperti ketika mereka di India. Dari situ mereka mulai menanamkan ajaran agama Hindu pada penduduk setempat.

2.        Kekacauan politik di India menyebabkan para ksatria melarikan diri sampai di Indonesia dan sesampainya di Indonesia mereka membentuk dan mendirikan koloni dan mulaia menyebarkan agama Hindu.

3.        Adapula raja dan para bangsawan India yang datang ke Indonesia sengaja untuk menyerang dan menaklukkan suku-suku di Indonesia. Setelah mereka berhasil akan mendirikan kerajaan dan mulai menyebarkan agama Hindu.

4.        Teori Ksatria sering juga disebut dengan teori Kolonisasi . Hal ini disebabkan karena dilakukan penyerbuan dan penklukkan terhadap penduduk pribumi.

            Kelemahan,sanggahan atau bantahan terhadap  teori ini :

1          Tidak mungkin pelarian ksatria dari India bisa mendapatkan kedudukan mulia sebagai raja di wilayah lain, sedangkan di Indonesia masa itu,seseorang dapat menjadi pemimpin suatu wilayah karena dia dirasa mempunyai kemampuan lebih daripada yang lainnya. Tidak mungkin rakyat menginginkan orang yang telah mengalahkan rakyat di wilayah itu untuk menjadi raja mereka karena mereka pasti harus hidup dalam tekanan dari orang yang tidak mereka kenal.

2          Serbuan bangsa India terhadap Indonesia hanya terjadi 2 kali dalam waktu singkat oleh kerajaan Colamandala (raja Rajendra Coaldewa) atas kerajaan Sriwijaya yaitu pada tahun 1023 M dan 1030 M. Meskipun berhasil menawan raja Sriwijaya tetapi serangan tersebut berhasil dipatahkan/dikalahkan.

3          Tidak ada bukti yang kuat baik itu di Indonesia maupun di India bahwa penyerbuan yang dilakukan bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu. Selain itu tidak ada bukti pendudukan atas beberapa daerah di Indonesia oleh bangsa India yang bertujuan untuk menyebarkan agama. Padahal suatu penaklukkan pasti akan dicatat sebagai sebuah kemenangan.

4          Jika terjadi kolonisasi atau penaklukkan pasti akan disertai dengan pemindahan segala aspek atau unsur budaya masyarakat India secara murni di Indonesia seperti sistem kasta, tatakota, pergaulan, bahasa, dsb. Tetapi kehidupan masyarakat di Indonesia tidak menunjukkan hal yang sama persis (tidak asli) dengan kehidupan masyarakat India dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi penguasaan secara mendasar pada segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Budaya Indonesia memiliki peran yang besar dalam proses pembentukan budaya India-Indonesia sehingga yang tampak adalah bentuk akulturasi budayanya.

c)      Teori Waisya dikemukakan oleh NJ.Krom.

NJ.Krom berpendapat bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang India berkasta Waisya yaitu golongan pedagang. Mereka datang dan berperan sebagai penyebar agama Hindu ke Indonesia.Seperti bangsa Gujarat yang menjadi pedagang pada zaman Islam atau bangsa Barat pada zaman modern.

Faktor yang memperkuat teori ini yaitu:

1.         Teori ini mudah diterima oleh akal sebab dalam kehidupan, faktor ekonomi menjadi sangat penting dan perdagangan merupakan salah satu bentuk dalam kegiatan berekonomi. Sehingga melalui kegiatan perdagangan dirasa akan lebih mudah untuk berhubungan dengan orang dari berbagai daerah.

2.         Para pedagang dari India akan sampai ke Indonesia untuk berdagang. Masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia di bawa oleh para pedagang India yang singgah dan berasimilasi dengan penduduk sekitar/setempat di Indonesia.

3.         Ketika para pedagang tersebut singgah di Indonesia ada yang kemudian tertarik dengan penduduk setempat dan memutuskan untuk menikah dengan wanita setempat atau bahkan tinggal menetap dan berketurunan. Dari situlah agama Hindu disebarkan.

4.         Adanya bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perkampungan para pedagang India di Indonesia yang disebut Kampung Keling yang terletak di beberapa daerah di Indonesia bagian Barat (Sumatera)

Kelemahan, sanggahan atau bantahan terhadp  teori ini :

1.         Hubungan yang terbentuk antara penduduk setempat bahkan pada raja dengan para saudagar (pedagang India) hanya seputar perdagangan sehingga tidak akan membawa perubahan besar terhadap penyebaran agama Hindu.

2.         Meskipun ada perkampungan para pedagang India di Indonesia tetapi kedudukan mereka tidak berbeda dengan rakyat biasa di tempat itu, mereka yang tinggal menetap sebagaian besar hanyalah pedagang-pedagang keliling sehingga kehidupan ekonomi mereka tidak jauh berbeda dengan penduduk setempat. Sehingga pengaruh budaya yang mereka bawa tidaklah membawa perubahan besar dalam tatanegara dan kehidupan keagamaan masyarakat setempat.

3.         Mereka lebih banyak menetap di daerah pantai untuk memudahkan kegiatan perdagangannya. Mereka datang ke Indonesia untuk berdagang dan jika mereka singgah mungkin hanya sekedar mencari perbekalan untuk perjalanan mereka selanjutnya atau untuk menunggu angin yang baik yang akan membawa mereka melanjutkan perjalanan. Sementara itu kerajaan Hindu di Indonesia lebih banyak terletak di daerah pedalaman seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Sehingga, penyebarluasan agama Hindu tidak mungkin dilakukan oleh kaum Waisya yang menjadi pedagang.

4.         Kaum Waisya tidak mempunyai tugas untuk menyebarkan agama sebab yang bertugas menyebarkan agama Hindu adalah Brahmana.

5.         Golongan Waisya kurang memahami bahasa Sansekerta serta mereka tidak menguasai pengetahuan keagamaan yang mendalam seperti upacara keagamaan serta ajaran agama dalam kitab Weda.

6.         Kitab Weda hanya boleh dibaca dan diajarkan oleh kaum Brahmana, oleh karena itu kasta lain tidak mungkin dapat menyebarkan ajaran agama Hindu.

7.         Tulisan dalam prasasti dan bangunan dalam agama Hindu yang ditemukan di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang hanya digunakan oleh Kaum Brahmana dalam kitab-kitab Weda dan upacara keagamaan.

d)     Teori Sudra

            Teori ini dikemukakan oleh Van Feber, ia mengemukakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra.

Faktor yang memperkuat teori ini diantaranya:

1.         Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja kasar bahkan tidak jarang mereka dijadikan sebagai budak para majikan.

2.         Orang berkasta sudra tidak jarang dianggap sebagai orang buangan karena posisinya berada pada kasta terendah di India. Sehingga mereka meniggalkan daerahnya pergi ke daerah lain bahkan keluar dari India agar kedudukan mereka dapat lebih baik dan dihargai.

            Kelemahan, sanggahan atau bantahan  teori ini yaitu:

1.         Golongan Sudra tidak mengetahui seluk beluk mengenai ajaran agama Hindu.

2.         Golongan Sudra tidak dapat membaca kitab suci Weda (dalam kitab suci ini terdapat semua ajaran dan aturan mengenai agama Hindu) sebab tidak sembarang orang  dapat menyentuhnya, membaca dan mengetahui isinya. Lagipula, bahasa yang digunakan dalam kitab suci Weda adalah bahasa Sansekerta.

3.          Golongan Sudra tidak menguasai bahasa Sansekerta sebab bahasa sansekerta merupakan bahasa kelas tinggi yang hanya mampu dikuasai oleh para pendeta.

4.         Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat penghidupan yang lebih baik/ memperbaiki keadaan mereka. Sehingga jika mereka dikatakan yang menyebarkan agama Hindu yang merupakan milik  kaum brahmana di India rasanya tidak mungkin. Dalam sistem kasta saja posisi mereka sudah yang paling rendah, mereka sudah dibuang dan diperlakukan kurang baik oleh kasta diatasnya, mana mungkin mereka mau mengembangkan ajaran yang akan merendahkan posisinya dan mengagungkan posisi kasta lain.

Jadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya budaya Hindu ke Indonesia. Beberapa hipotesis di atas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh proses perdagangan.
Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat gambar peta jaringan perdagangan laut Asia Tenggara berikut ini:
Pada dasarnya keempat teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan Ksatria, Waisya, dan Sudra tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot atau kuno tidak boleh menyebrangi lautan. Disamping pendapat atau hipotesa tersebut di atas, terdapat pendapat yang lebih menekankan pada peranan Bangsa Indonesia sendiri.
e.       Hipotesis Arus Balik
Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh F.D.K. Bosh, Hipotesis ini menekankan peranan bangsa Indonesia dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu di Indonesia. Menurutnya penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh para cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam melakukan proses penyebaran kebudayaan Hindu dalam empat tahap yaitu sebagai berikut:
·         Pertama, proses penyebaran dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastoma atau penyucian diri untuk mengHindukan seseorang
·         Kedua,, para Brahmana datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Hindu. Tetapi sebenarnya dalam ajaran agama Hindu, seorang Brahmana tidak dibebankan pada kewajiban untuk menyebarkan agama Hindu. Jadi kemungkinan mereka datang ke Indonesia awalnya tidak secara sengaja untuk menyebarkan agama Hindu, mungkin mereka sekedar ingin mengetahui daerah lain atau ikut para pedagang. Ketika para Brahmana mengunjungi suatu daerah dan jika perkembangannya kepala wilayah (kepala suku) itu suka atau tertarik dengan kebiasaan atau bahkan ajaran agama sang Brahmana yaitu agama Hindu, maka pendeta tersebut akan melakukan upacara Vratyastoma untuk meresmikan penduduk Indonesia tersebut sebagai seorang Hindu dan anggota kasta dengan pertimbangan kedudukan social atau derajat yang bersangkutan. Dalam Dasar agama Hindu, seseorang tidak dapat menjadi Hindu tetapi dilahirkan sebagai Hindu. Jadi jika ada orang Indonesia yang ingin beragama Hindu maka akan mendatangkan para pendeta dari India untuk meng-Hindu-kan orang Indonesia. Lama kelamaan para Brahmana tersebut memiliki kedudukan terhormat bahkan menjadi orang kepercayaan mereka menjadi penasehat penguasa bukan hanya dalam keagamaan tetapi juga pemerintahan, peradilan, perundang-undangan, dsb. Para pendeta yang datang dari India tersebut tidak bisa langsung menyebarkan agama Hindu sebab setelah menyebrangi lautan mereka akan kehilangan hak atas kastananya, maka mereka harus mengadakan upacara untuk pengembalian kastanya. Baru kemudian mereka bisa mengadakan berbagai upacara seperti Abhiseka, (upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja), Wratyastoma (upacara untuk memberi kasta kepada orang bukan Hindu menjadi keluarga masyarakat Hindu)
·         Ketiga perkembangan selanjutnya, karena raja semakin mempunyai ikatan yang erat dengan pendeta India maka dia akan mengirim utusan atau bahkan anaknya untuk mengetahui budaya dan ajaran agama Hindu langsung dari negara asalnya yaitu India secara lebih mendalam. Setelah mereka mengetahui lebih lanjut dan kembali ke tanah air maka mereka akan menceritakan, mengajarkan, dan menyebarkan ajaran dan kebudayaan yang mereka dapat dari India. Dari sana agama Hindu mulai berkembang di masyarakat. Terlebih jika seorang raja telah beragama Hindu maka rakyatnya akan ikut untuk menganut agama Hindu.
Nenek moyang kita dengan mudah dapat menerima agama Hindu ke dalam kepercayaan mereka karena adanya unsur-unsur persamaan antara agama Hindu dengan kepercayaan mereka yang asli. Adapun unsur-unsur persamaan adalah :
a)      Agama Hindu memuja para dewa, sedangkan kepercayaan nenek moyang kita memuja roh para leluhur
b)      Tempat pemujaan agama Hindu adalah lingga, candid an arca sedangkan tempat pemujaan nenek moyang kita berupa menhir, punden berundak dan patung.
c)      Upacara agama Hindu dipimpin oleh kaum brahmana, upacara nenek moyang kita dipimpin oleh dukun.
Walaupun agama Hindu sudah diterima sepenuhnya oleh nenek moyang kita, kepercayaan nenek moyang kita yang asli tidak di tinggalkan. Kepercayaan mereka yang asli berupa pemujaan roh leluhur tetap dilaksanakan bersamaan dengan pemujaan para dewa sesuai dengan ajaran agama Hindu. Begitu pula kepercayaan mereka terhadap benda-benda keramat dan magis masih tetap ada.
·         Keempat, perkembangan selanjutnya, karena raja semakin mempunyai ikatan yang erat dengan pendeta India maka dia akan mengirim utusan atau bahkan anaknya untuk mengetahui budaya dan ajaran agama Hindu langsung dari negara asalnya yaitu India secara lebih mendalam. Setelah mereka mengetahui lebih lanjut dan kembali ke tanah air maka mereka akan menceritakan, mengajarkan, dan menyebarkan ajaran dan kebudayaan yang mereka dapat dari India. Dari sana agama Hindu mulai berkembang di masyarakat. Terlebih jika seorang raja telah beragama Hindu maka rakyatnya akan ikut untuk menganut agama Hindu.
Dengan masuknya agama Hindu ke Nusantara, maka masuk pulalah kebudayaan india, khususnya kebudayaan pendukung pelaksanaan ajaran agama yang disebut budaya agama. Budaya agama yang datang dari india tersebut tidak begitu saja diterima dan diterapkan oleh nenek moyang kita. Budaya agama tersebut diselaraskan dengan sendi-sendi budaya yang telah mereka miliki. Pertemuan budaya india dengan budaya asli tersebut menimbulkan proses akulturasi yang menyebabkan terbentuknya kebudayaan baru. Dalam proses akulturasi itu factor local geneus (yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima suatu kebudayaan asing dengan mengolah unsure-unsur kebudayaan tersebut disesuaikan dengan kepribadian bangsa itu sendiri) dari bangsa Nusantara berperan penting dalam pembentukan kebudayaan yang baru itu. Dalam proses ini kbudayaan asli tidak lenyap, melainkan terserap masuk kedalam kebudayaan baru itu. Dengan demikian budaya agama Hindu Nusantara tidak sama dengan budaya agama Hindu di Indonesia.
Beberapa kepala suku yang telah menerima agama dan budaya agama Hindu ingin mengatur masyarakat seperti susunan masyarakat India. Ia tidak lagi menggunakan gelar kepala suku melainkan menggunakan gelar raja. Untuk memperluas kekuasaannya ia terlalu mempersatukan suku-suku yang ada disekitarnya. Kalau kekuasaannya sudah besar maka ia mengangkat diri sebagai maharaja.
Masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi denngan diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang menyatakan bahwa: "Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman". Keterangan yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa Siwa. Tempat itu disebut dengan "Vaprakeswara". Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebon kopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa. Dari prassti-prassti itu didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa "Raja Purnawarman adalah Raja Tarumanegara beragama Hindu, Beliau adalah raja yang gagah berani dan lukisan tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu". Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara. Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya, agama Hindu berkembang pula di Jawa Tengah, yang dibuktikan adanya prasasti Tukmas di lereng gunung Merbabu. Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf Pallawa dan bertipe lebih muda dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar, diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi.
Pernyataan lain juga disebutkan dalam prasasti Canggal, yang berbahasa sansekerta dan memakai huduf Pallawa. Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654 Caka (576 Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi: "Sruti indriya rasa", Isinya memuat tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma sebagai Tri Murti. Adanya kelompok Candi Arjuna dan Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo dari abad ke-8 Masehi dan Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti yang didirikan pada tahun 856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama Hindu di Jawa Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang berbahasa sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Isinya memuat tentang pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh Raja Dea Simha pada tahun 760 Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli Veda, para Brahmana besar, para pendeta dan penduduk negeri. Dea Simha adalah salah satu raja dari kerajaan Kanjuruan. Candi Budut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah Malang sebagai peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur. Kemudian pada tahun 929-947 munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa dan bergelar Sri Isanottunggadewa, yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja Dewa Siwa. Kemudian sebagai pengganti Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa. Selanjutnya munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun 1019-1042) yang juga adalah penganut Hindu yang setia. Setelah dinasti Isana Wamsa, di Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun 1042-1222), sebagai pengemban agama Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya sastra Hindu, misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan kitab Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman kerajaan Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai sebagai peninggalan keHinduan pada jaman kerajaan Singosari.

            Pada akhir abad ke-13 berakhirlah masa Singosari dan muncul kerajaan Majapahit, sebagai kerajaan besar meliputi seluruh Nusantara. Keemasan masa Majapahit merupakan masa gemilang kehidupan dan perkembangan Agama Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya candi Penataran, yaitu bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping juga munculnya buku Negarakertagama. Selanjutnya agama Hindu berkembang pula di Bali. Kedatangan agama Hindu di Bali diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
Menurut uraian lontar-lontar di Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup besar. Adanya sekte-sekte yang hidup pada jaman sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan Jagad, sad Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. Mulai abad inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. Dan sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang. Beliau Moksa di Pura Silayukti. Perkembangan agama Hindu selanjutnya, sejak ekspedisi Gajah Mada ke Bali (tahun 1343) sampai akhir abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis pengamalan ajaran agama. Dan pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan agama Hindu mencapai jaman keemasan dengan datangnya Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. Jasa beliau sangat besar dibidang sastra, agama, arsitektur.
2.4  Pengaruh Masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu Budha terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia
Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia, selain membawa perubahan pada system kepercayaan bangsa Indonesia, ternyata membawa perubahan pula pada bidang kehidupan masyarakat lainnya. Masuknya unsur-unsur budaya Hindu Budha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan seperti :
  1. Bidang Agama
Sebelum mendapat pengaruh agama-agama dari India, penduduk nusantara telah memiliki kepercayaan :
  1. Animisme : Keyakinan adanya berbagai roh yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya. Tingkatan tinggi dari animisme adalah pemujaan kepada roh para leluhur.
  2. Dinamisme : Kepercayaan tentang adanya kekuatan gaib yang luar biasa pada benda-benda tertentu : rambut, kepala, batu, dan lain-lain.
  3. Totemisme : Kepercayaan kepada binatang sebagai lambang nenek moyang.
  4. Animatisme : Kepercayaan bahwa benda atau pohon tertentu berjiwa dan berfikir seperti manusia : keris, pohon beringin, dan lain-lain.
  5. Fetisisme : Kepercayaan adanya jiwa dalam benda-benda tertentu.
Dengan masuknya budaya India, penduduk nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Budha diawali oleh lapisan elit para datu dan keluarganya. Walaupun demikian, lapisan bawah terutama di pedesaan masih banyak yang tetap menganut kepercayaan asli berupa pemujaan kepada nenek moyang. Dalam perkembangan, agama Hindu-Budha berpadu menjadi agama Siwa Budha. Bahkan agama campuran ini masih diwarnai dengan kepercayaan-kepercayaan asli nusantara.
  1. Bidang Pemerintahan
1.      Munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha seperti Kutai, Tarumanegara, Mataram, Majapahit dan Sriwijaya.
2.      Munculnya system kemaharajaan sehingga seorang pemimpin tidak dipilih dengan demokratis melainkan turun-temurun atau menggunakan system dinasti.
3.      Pada puncak pemerintahan, atau pucuk sistem masyarakat sebelum datangnya budaya pengaruh India terdapat para pemimpin : Ketua Suku, Ketua adat, dengan gelar Datu atau Datuk, Ratu dan Raka. Sejak datangnya pengaruh budaya India, para Datu atau Ratu berganti gelar Raja atau Maharaja. Meskipun posisi tidak berubah tetap sebagai pucuk pimpinan dalam pemerintahan. Dengan adanya sistem kasta, para dukun atau ahli nujum, yang menjadi penasehat Datu atau Ratu, meskipun bergelar Brahmana, posisi tetap di bawah raja, rakyat merdeka tetap sebagai waisya, dan para budak tetap sebagai kaum sudra.
c.       Bidang Sosial
-           Masa Kerajaan-Kerajaan Hindu
Sistem masyarakat di nusantara sebelum kedatangan pengaruh budaya India, diatur dan dibedakan berdasarkan profesi yaitu petani, perajin, peramu, dan lain-lain. Dengan masuknya pengaruh budaya India sistem masyarakat ditata berdasarkan sistem kasta :
·         Kasta Brahmana merupakan kasta tertinggi dalam struktur sosial masyarakat Hindu. Kasta ini terdiri dari para pendeta yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan, selain itu memberi petunjuk dan nasihat kepada seluruh lapisan masyarakat, mulai dari raja, bangsawan, pedagang, sampai masyarakat biasa.
·         Kasta Ksatria merupakan kasta yang bertugas menjaga keamanan Negara dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kasta ini terdiri dari para raja dan prajurit. Raja dianggap sebagai keturunan dewa dan atas perintah dewa raja tersebut berkuasa diwilayahnya (Kultus Dewa Raja).
·         Kasta Waisya merupakan kasta bagi golongan pedagang dan petani. Golongan ini merupakan komponen yang sangat penting dalam masyarakat, karena petani bertugas menghasilkan bahan makanan dan pedagang yang memasarkan hasil produksi tersebut. Tanpa kehadiran komponen ini kebutuhan bahan makanan tidak dapat terpenuhi.
·         Kasta Sudra merupakan kasta yang memiliki kedudukan paling rendah. Hal ini diakibatkan orang-orang yang termasuk kedalam golongan ini tidak memiliki harta atau kekayaan yang cukup untuk menopng hidupnya dan merupakan mereka hanya mempunyai tenaga saja. Golongan ini umumnya bekerja pada golongan-golongan di atasnya, sebagai pembantu atau tukang. Dalam pelaksanaan sistem masyarakat di Indonesia tidak dilakukan pembedaan secara ketat.
·         Selain empat Kasta di atas, ada kasta yang tidak diterima oleh masyarakat karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan adat-adat yang ada di dalam masyarakat, kasta ini disebut Paria.

-          Masa Kerajaan -Kerajaan Budha
Struktur sosial dalam masyarakat yang mendapat pengaruh agama Budha berbeda dengan agama Hindu, yaitu masyarakatnya tidak mengenal sistem kasta. Pada masyarakat ini kedudukan seseorang ditentukan oleh usahanya sendiri, bahakan siapa saja dapat memiliki kedudukan yang diinginkannya. Meskipun demikian, secara umum masyarakat ini dapat kita bagi ke dalam 2 golongan yaitu:  
·         Bhiksu dan Bhiksuni
Bhiksu dan Bhiksuni adalah pemeluk agama Budha yang telah berhasil meninggalkan sifat keduniawiannya dan telah menempati tempat tersendiri, yaitu biara. Para bhiksu (laki-laki) dan bhiksuni (perempuan) harus menaati aturan-aturan yang telah ditentukan dalam biara, mereka tidak bisa bebas sebagaimana masyarakat umum.
·         Upasaka-Upasika
Adalah masyarkat Budha yang tingkatannya masih seperti masyarakat kebanyakan. Mereka tidak begitu terikat dengan aturan-aturan seperti para Bhiksu dan Bhiksuni. Mereka adalah masyarakat awam yang belum banyak memperoleh atau memahami tentang ajaran agama Budha.

  1. Bidang Kesenian
Masuknya Hindu dan Budha memiliki andil yang sangat besar bagi perkembangan kesenian di Indonesia, baik itu seni pahat, seni bangunan maupun senin sastra. Perkembangan seni bangunan ditandai dengan berdirinya bangunan candi, seperti candi prambanan dan Borobudur. Dua bangunan megah ini merupakan bukti nyata kemajuan di bidang seni bangunan.
Sementara seni pahat/ukir dapat dilihat pada relief candi Borobudur maupun prambanan. Ternyata gambar relief yang ada pada candi tersebut memiliki arti dan makna tersendiri. Adapun pengaruhnya di bidang sastra berkembang pesat pada zaman Kediri dan Majapahit. Banyak di buku-buku sastra yang ditulis para pujangga baik di Kediri maupun di Majapahit.
  1. Di Bidang Bahasa dan Tulisan
Sejak masuknya agama Hindu dan Budha di Indonesia, bahasa sansekerta dan huruf palawa mulai digunakan dalam penulisan prasasti dan kitab sastra, misalnya : prasasti kutai, prasasti  tugu, prasasti kebun kopi, prasasti canggal, dan lain-lain. Dalam perkembangannya bahasa Sansekerta dan huruf Palawa mengalami akulturasi dengan bahasa dan huruf jawa sehingga munculah bahasa jawa kuno dan huruf Jawa Kuno. Karya-karya sastra dari India seperti Ramayana dan Mahabaratha banyak mempengaruhi karya-karya pujangga di Nusantara. Karya-karya sastra yang muncul dengan pengaruh India antara lain:
·         Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa
·         Sutasoma, karya Mpu Tantular
·         Negarakertagama, karya Mpu Prapanca

  1. Bidang Teknologi
Kemampuan masyarakat pada masa Hindu dan Budha di bidang teknologi telah menghasilkan beberapa peninggalan yang sangat membanggakan. Bukti-bukti yang masih dapat kita saksikan adalah peninggalan candi Borobudur, Prambanan dan lain-lain. Pembangunan Borobudur dan Prambanan sulit terwujud bila tidak didukung kemampuan yang tinggi bidang teknologi.
Arca, relief dan ukiran batu bisa tertata rapi dan urut serta serasi memerlukan keahlian tersendiri. Selain candi, bukti-bukti kemajuan bidang teknologi masyarakat masa Hindu adalah kemahiran membuat wayang dan system irigasi. Peninggalan-peninggalan tersebut menunjukan bahwa masyarakat masa Hindu telah memiliki kemampuan di bidang teknologi.













BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan.

Pada awal abad masehi ini mulai adanya hubungan perdagangan dengan India, yaitu pusat peradaban pada masa itu. Maka mulailah adanya kontak sosial yang menyebabkan terjalinnya hubungan social-budaya pada masayarakat Indoensia. Dari letak geografis Indonesia tersebut menyebabkan Indonesia terletak di jalur perdagangan yang menimbulkan hubungan dagang antara Indonesia dengan India yang berpengaruh besar terhadap masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Dari teori pengaruh tersebut menimbulkan beberapa teori dari sejarawan dan teori tersebut dikenal dengan teori Brahmana, Teori Ksatria, Teori Waisya dan Teori Sudra.
Selain teori yang disebutkan diatas, terdapat juga teori arus balik dan Hipotesis. Teori ini mendasarkan bahwa Indonesia juga ikut serta aktif dalam melakukan ekspansi atau pelayaran keluar benua. Ini dapat dibuktikan dengan penemuan perahu bercadik di Malagasi Afrika Timur, relief candi, bentuk dan fungsi candi serta dengan adanya sebuah penemuan prasasti Nalanda (860 Masehi) di India (Nalanda),
Masuknya unsur-unsur budaya Hindu Budha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan seperti : bidang agama, bidang pemerintahan, bidang sosial, bidang kesenian, bidang bahasa dan tulisan, bidang pendidikan dan bidang teknologi. Kemampuan masyarakat pada masa Hindu dan Budha di bidang teknologi telah menghasilkan beberapa peninggalan yang sangat membanggakan. Bukti-bukti yang masih dapat kita saksikan adalah peninggalan candi Borobudur, Prambanan dan lain-lain. Pembangunan Borobudur dan Prambanan sulit terwujud bila tidak didukung kemampuan yang tinggi bidang teknologi.


3 komentar:

  1. Kebudayaan Hindu Budha masuk ke Indonesia melalui perdagangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di HONGKONG jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga dikampun,jadi TKW itu sangat menderita dan disuatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak disengaja saya melihat komentar orang tentan KI ANGEN JALLO dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di HONGKONG,akhirnya saya coba untuk menhubungi KI ANGEN JALLO dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg diberikan KI ANGEN JALLO meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan KI ANGEN JALLO kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik KI ANGEN JALLO sekali lagi makasih yaa KI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja KI ANGEN JALLO DI 0 8 5-2 8 3-7 9 0-4 4 4 insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW.



      Kami ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di HONGKONG jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga dikampun,jadi TKW itu sangat menderita dan disuatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak disengaja saya melihat komentar orang tentan KI ANGEN JALLO dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di HONGKONG,akhirnya saya coba untuk menhubungi KI ANGEN JALLO dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg diberikan KI ANGEN JALLO meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan KI ANGEN JALLO kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik KI ANGEN JALLO sekali lagi makasih yaa KI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja KI ANGEN JALLO DI 0 8 5-2 8 3-7 9 0-4 4 4 insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW.

      Hapus
  2. Indonesia menjadi daerah pengaruh Hindu Budha di masa lalu, komentar juga ya di blog saya www.goocap.com

    BalasHapus